Minggu, 07 September 2014

RenHar 7 September 2014.

RenHar Minggu Wage 7/9.
Yeh 33:7-9.
Rm 13:8-10.
Mat 18:15-20.

“Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri! Kasih tidak berbuat jahat terhadap sesama manusia.” Sabda Allah ini sangat kita pahami, meski sulit menghayatinya. Karena itulah lewat Sabda hari ini, kita diutus untuk mau saling menegur dan mengingatkan, bukan karena lebih suci. Tetapi karena naluri manusia itu egois, maka ketika diingatkan justru sering berkedok menyitir Sabda-Nya “Yang tidak berdosa, lempari aku batu” Mungkin inilah yang menurut-Nya disebut orang tak mengenal Allah.

Sabtu, 06 September 2014

RenHar 6 September 2014.

RenHar Sabtu Pon 6/9.
1Kor 4:6b-15.
Luk 6:1-5.

Bacaan dan Injil hari ini mengingatkan bahwa jati diri pribadi bermartabat itu dalam segala hal mengenakan kasih yang ungkapannya selalu rendah hati, mengutamakan liyan. Kebiasaan demikian akan menciptakan kenyamanan dalam hidup bersama. Semua itu harus dimulai dari keteladanan ortu dalam keluarga, sehingga anak menjadi biasa menghidupi kasih. Ini menjadi penting dan mendesak karena ketidak tertiban sudah cenderung menjadi kebiasaan masyarakat kita sekarang ini. Kalau bukan dari kita, siapa lagi yang harus memulai? 

Jumat, 05 September 2014

RenHar 5 September 2014.

RenHar Jumat Pahing 5/9.
1Kor 4:1-5.
Luk 5:33-39.

Bacaan dan Injil hari ini mengutus setiap orang tidak mudah menyalahkan apalagi menghakimi liyan. Karena sikap demikian selain merugikan sesama juga merugikan diri sendiri, hanya akan menghambat pengembangan dirinya dan sesama untuk menjadi semakin bermanfaat bagi banyak orang, bukan sekedar menjadi apa. Kebiasaan bersikap positif dan saling doa serta meneguhkan wajib ditanamkan ortu kepada setiap anak demi pembaruan hidup yang tiada henti menjadi semakin selaras kehendak-Nya, sesuai citra-Nya, Ad Maiorem Dei Gloriam.

Kamis, 04 September 2014

RenHar 4 September 2014.

RenHar Kamis Legi 4/9.
1Kor 3:18-23.
Luk 5:1-11.

Bacaan dan Injil hari ini mengingatkan agar dalam segala hal mengandalkan Tuhan. Kesulitan hidup yang sering dihadapi manusia bukanlah karena kelemahan manusia, tetapi karena kurangnya manusia membuka hati bagi Allah untuk menerima kekuatan Ilahi. Semua itu karena dosa egoisme mengandalkan kekuatan sendiri yang bersifat ragawi duniawi. Laku doa dan matiraga adalah sarana mawas diri serta mohon belas kasih-Nya berupa “tanda” untuk mengatasi masalah serta panduan menjalankan segala hal yang kita rencanakan.  

Rabu, 03 September 2014

RenHar 3 September 2014.

RenHar Rabu Kliwon 3/9.
1Kor 3:1-9.
Luk 4:38-44.

Injil di PW S Greg Agung, Paus & Pujangga Gereja hari ini, manusia sebagai citra-Nya diutus mau membiasakan diri bersikap, bertutur kata serta berbuat baik kepada siapa dan apa saja tanpa pilih kasih, ngajeni urip. Sebaliknya janganlah pernah mengklaim bahwa kebaikan dan kebenaran hanyalah menjadi milikku. Kita bisa belajar dari burung-burung di udara dan ikan-ikan di air, meskipun mereka terbang di udara dan berenng di air, tak seekor burungpun mengklaim bahwa udara miliknya, dan ikan mengklaim air adalah miliknya.

Selasa, 02 September 2014

RenHar 2 September 2014.

RenHar Selasa Wage 2/9.
1Kor 2:10b-16.
Luk 4:31-37.

Sabda Allah dalam Injil hari ini sangat relevan untuk kita, setidaknya bagiku, yakni meskipun mengakui bahwa Allah itu ada dan berkuasa atas hidup manusia, tetapi dalam praksis hidup telah “menolak” Allah dalam sikap, tutur kata dan perbuatan yang jauh dari kehendak Allah yang adalah KASIH. Dengan laku doa dan matiraga mohon pertolongan-Nya dan saling meneguhkan di antara kita (dimulai jujur pada diri sendiri), pelan tapi pasti bisa membiasakan mau menyangkal diri, mewujudkan kasih sejati kepada siapa saja.

Senin, 01 September 2014

RenHar 1 September 2014.

RenHar Senin Pon 1/9.
1Kor 2:1-5.
Luk 4:16-30.

Injil hari ini mengajarkan bahwa kekuatan Sabda Allah itu bermanfaat di mana dan kapan saja, baik ketika kita menghadapi sesuatu yang menyenangkan ataupun sebaliknya. Semua wajib kita hayati sebagai perwujudan iman atau kesaksian hidup. Sebagai contoh Sabda “membalas kejahatan dengan kebaikan”. Ketika kita mau mewujudkannya bisa jadi ada perasaan tidak nyaman atau bahkan menyakitkan, tetapi sabarlah menantikan buahnya, pasti akan sama artinya dengan ungkapan “berakit-rakit ke hulu berenang-renang ketepian”